Pen4blogku
– Pandemi Covid-19 hingga saat ini belum usai. Bahkan angka penambahan kasus
positif justru semakin meningkat. Sementara saat ini vaksin baru mulai berjalan
diberikan kepada petugas medis sebagai prioritas. Belum kunjung reda, kini Asia
diguncang dengan kabar baru terkait virus Nipah.
Virus Nipah sendiri
dikabarkan sebagai virus yang memiliki ancaman signifikan terhadap manusia. Bahkan
ilmuwan menyebut virus Nipah juga bisa jadi ancaman pandemi baru. Lantas, apakah
itu virus
Nipah?
Penelitian Virus Nipah
![]() |
Kelelawar dituding sebagai pembawa virus nipah. Gambar via elcalce.com |
Mengutip dari BBC,
Supaporn Wacharapluesadee, seorang ilmuwan yang ditunjuk pemerintah Thailand
menjadi salah satu peneliti untuk menganalisis sampel dari penumpang pesawat
yang baru tiba dari Wuhan pada Januari tahun lalu.
Ia bersama timnya
kemudian berhasil mendeteksi kasus pertama Covid-19 di luar China.
Sementara untuk saat ini, Wacharapluesadee memantau ancaman yang berpotensi
menjadi pandemi berikutnya.
Wacharapluesadee adalah
seorang ilmuwan yang jadi pemburu virus kelas wahid yang memimpin Thai Red Cross Emerging Infectious
Disease-Health Science Centre. Lembaga ini merupakan lembaga penelitian
yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru (emerging) di Bangkok, Thailand.
Bahkan selama satu
dekade belakangan, ia bersama tim dari Predict, dalam rangka mendeteksi dan
menghentikan penyakit yang dapat melompat dari hewan ke manusia.
Sepanjang kariernya
sebagai ilmuwan, Wacharapluesadee dan koleganya telah meneliti ribuan sampel
kelelawar dan menemukan banyak virus baru. Sebagian besarnya adalah virus
corona, namun ditemukan juga banyak virus lain yang dapat menular ke manusia. Salah
satunya adalah virus Nipah.
Virus Nipah memiliki
nama ilmiah NiV. Virus
Nipah sendiri dibawa oleh kelelawar buah yang menjadi inang alaminya. Virus
NiV ini termasuk penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia, serta
dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung dari orang
ke orang.
Masa Inkubasi Virus Nipah dan Persentase
Kematian yang Diakibatkan NiV
![]() |
Ilustrasi kelelawar dalam penelitian. Gambar via opb.org |
Menurut peneliti
Wacharapluesadee, angka kematian untuk virus Nipah (NiV) terbilang cukup
tinggi hingga 75 persen. Bahkan sampai saat ini belum ada vaksin yang
dikembangkan untuk virus tersebut.
"Virus ini sangat
mengkhawatirkan karena belum ada obatnya, dan tingkat kematian yang disebabkan
virus ini tinggi," ujar Wacharapluesadee.
Dia menemukan bahwa
tingkat kematian virus Nipah berkisar 40-75 persen, tergantung lokasi
terjadinya wabah.
Virus
Nipah masuk dalam 10 besar patogen yang paling mengancam kesehatan manusia
dan berpotensi menjadi pandemi yang belum ada vaksinnya. Terlebih sejumlah
wabah sudah terjadi di Asia, maka ada kemungkinan besar masih bisa ditemukan
lagi di masa depan.
Sementara itu, dari
laman WHO disebutkan bahwa periode inkubasi virus Nipah (NiV) adalah 4 hingga
14 hari. Bahkan pernah dilaporkan dalam satu kasus masa inkubasi mencapai 45
hari. Hal ini berarti ada banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi namun
tidak menyadarinya untuk menyebarkan virus kembali.
Cara Penularan Virus Nipah
![]() |
Penampakan kelelawar buah. Gambar via kompas.com |
Virus Nipah (NiV) diketahui
dapat menginfeksi berbagai macam hewan sehingga memungkinkan penyebarannya
lebih cepat terjadi. Penularan virus ini juga bisa melalui kontak langsung atau
dengan mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Hal ini berkaca dari kasus
virus Nipah yang pernah terjadi di Malaysia, Bangladesh, dan India.
Di Malaysia, infeksi
terjadi akibat manusia melakukan kontak langsung dengan babi atau binatang yang
sakit. Sementara itu, di Bangladesh dan India penularan virus Nipah melalui konsumsi
buah atau produk buah yang sudah terkontaminasi urine atau air liur kelelawar
yang terinfeksi.
Fakta tersebut tentunya
sama dengan laporan yang tertuang dalam situs Center of Disease Control (CDC)
Amerika Serikat. Pada dasarnya virus Nipah menular melalui cairan seperti
darah, urine, dan air liur dari hewan yang terinfeksi. Sehingga akan meningkatkan
risiko penularan jika melakukan kontak dengan hewan tersebut.
Tak hanya itu,
penularan bisa juga terjadi melalui produk makanan yang telah terkontaminasi
cairan hewan yang terinfeksi. Misalnya kurma atau buah-buahan yang terkena air
liur kelelawar pembawa virus Nipah.
Gejala Tertular Virus Nipah
![]() |
Ilustrasi virus nipah bisa menular pada manusia. Gambar via klikdokter.com |
Melansir Kompas
dari laman resmi WHO, orang yang terinfeksi virus Nipah (NiV) mengalami
berbagai penyakit infeksi asimtomatik hingga infeksi saluran pernapasan akut
(ringan, parah), dan ensefalitis (pembengkakan otak) yang fatal.
Bagi yang terinfeksi akan menunjukkan gejala awal meliputi:
- Demam
- Sakit kepala
- Myalgia (nyeri otot)
- Muntah
- Sakit tenggorokan
Gejala tersebut biasanya juga bisa disertai beberapa gejala lain seperti:
- Pusing
- Mengantuk
- Kesadaran berubah
- Tanda-tanda neurologis sebagai indikasi ensefalitis akut
Beberapa orang mungkin saja
mengalami pneumonia atipikal dan masalah pernapasan yang parah, termasuk
gangguan pernapasan akut. Pada kasus parah bahkan bisa terjadi ensefalitis dan
kejang yang berkembang menjadi koma dalam waktu 24-48 jam.
Virus Nipah Pernah Ditemukan di Malaysia, India,
dan Bangladesh
![]() |
Ilustrasi hasil tes laboratorium. Gambar via headtopics.com |
Virus Nipah (NiV) pernah
menyebabkan beberapa wabah di Asia, virus ini menginfeksi berbagai macam hewan hingga
menyebabkan penyakit parah dan kematian pada manusia.
Mengutip dari laman
Litbang Kementerian Pertanian dalam lansiran Kontan,
kelelawar pemakan buah Pteropus sp. sebagai
pembawa virus tersebut. Penyakit ini pertama kali muncul di Malaysia pada tahun
1998, menyebabkan wabah respirasi pada babi, yang kemudian menyerang manusia.
Mengutip laporan CNBC
Indonesia dari situs Center of
Disease Control Amerika Serikat (CDC), virus NiV ini juga menyebar hingga
negara tetangga, Singapura. Saat itu terdapat 300 kasus terinfeksi virus Nipah terjadi
di Malaysia dan Singapura, yang mana 100 orang di antaranya dilaporkan meninggal.
Demi menghentikan wabah
yang belum ada obat dan vaksinnya tersebut, akhirnya sejuta babi di Malaysia disuntik
mati kala itu.
Selain di Malaysia, ada
negara lain di Asia yang juga terjangkit virus NiV. Hal ini terlihat dari penemuan
virus Nipah dari urine dan saliva (liur) kelelawar pemakan buah tersebut di Bangladesh
dan India hingga menyebabkan kematian pada manusia.
Pada
2001 wabah virus Nipah ditemukan di Bangladesh kemudian menyebar ke India.
Diperkirakan virus ini menyebar dari konsumsi getah kurma mentah yang
terkontaminasi kotoran kelelawar yang tertular virus.
Mengutip dari Republika,
dilaporkan dari 11 wabah virus Nipah di Bangladesh tahun 2001 hingga 2011
tercatat ada 196 orang terdeteksi dengan 150 jiwa di antaranya meninggal dunia.
Virus Nipah di Indonesia
![]() |
Kelelawar buah. Gambar via detik.com |
Mengutip dari Kontan,
kondisi virus Nipah di Indonesia telah dijabarkan oleh Sendow et al., 2008. Dilaporkan
bahwa secara serologis babi di Indonesia masih bebas dari infeksi virus Nipah.
Meski demikian, di
Sumatera Utara virus Nipah telah terdeteksi pada urine dan swab saliva
kalong Pteropus vampyrus menggunakan
RT- PCR, yang kemudian dikonfirmasi dengan sekuensing.
Hasil tersebut jadi temuan
pertama di Indonesia yang nantinya dapat dijadikan bahan masukan bagi kebijakan
peternakan di Indonesia. Terlebih Sumatera Utara berbatasan dengan negara Malaysia.
Selain itu, deteksi
virus Nipah pada kelelawar buah juga akan dilakukan di Kalimantan Barat dan Sulawesi
Utara. Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk lakukan deteksi virus Nipah pada reservoir host perlu dilakukan,
khususnya daerah yang berbatasan dengan Malaysia.
Cara Mencegah Penularan Virus Nipah
![]() |
Ilustrasi hasil tes virus nipah. Gambar via thequint.com |
Mengetahui berbagai
seluk-beluk virus Nipah hingga gejala yang muncul saat terinfeksi, maka perlu
ada tindakan nyata untuk mencegahnya. Ada beberapa cara untuk menurunkan risiko
penularan virus NiV, antara lain:
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko penularan. Berikut cara mengurangi risiko penularan virus Nipah mengutip dari CNN Indonesia.
- Buah dengan tanda gigitan kelelawar harus dibuang
- Cuci bersih buah dan kupas sebelum dikonsumsi
- Cuci tangan secara teratur setelah merawat atau mengunjungi orang yang sakit
- Sebisa mungkin hindari kontak dengan hewan yang terinfeksi
- Memakai sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya saat menangani hewan sakit
Mencegah tentu jauh
lebih baik daripada mengobati, bukan? Meski menurut peneliti virus Nipah (NiV)
berpotensi jadi wabah, hal ini jangan sampai membuat kita ketakutan. Hanya saja
tetap selalu waspada dan menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan ya
untuk mencegahnya.
0 Komentar
Silakan share artikel Pen4blogku jika bermanfaat. Terimakasih atas kunjungan dan komentar bijak Anda.